Blogger Widgets konseling! YES WE CAN!: GANGGUAN MAKAN, OBESITAS, DAN GANGGUAN TIDUR

Senin, 27 Oktober 2014

GANGGUAN MAKAN, OBESITAS, DAN GANGGUAN TIDUR


PEMBAHASAN
A.  Gangguan Makan (Eating Disorder)
1.    Definisi Gangguan Makan
Gangguan makan ditandai dengan gangguan ekstrem. Gangguan makan hadir ketika seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi kadar makanan dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan menderita atau keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan lebih sedikit atau lebih banyak terus menerus di luar keinginan.
Gangguan makan biasanya berkembang selama masa remaja atau dewasa awal.Namun, mereka bisa mulai di masa kecil, juga. Wanita jauh lebih rentan. Hanya sekitar 5% sampai 15% dari orang dengan anoreksia atau bulimia adalah laki-laki. Gangguan makan pada anak-anak dan remaja dapat menyebabkan sejumlah masalah fisik yang serius dan bahkan kematian. Jika Anda melihat salah satu dari tanda-tanda gangguan makan, hubungi dokter anak Anda segera. Gangguan makan tidak bisa diatasi dengan kekuatan belaka. Anak Anda akan memerlukan pengobatan untuk membantu memulihkan berat badan normal dan kebiasaan makan. Pengobatan ini juga membahas masalah-masalah psikologis yang mendasar. Ingat bahwa hasil terbaik terjadi ketika gangguan makan yang dirawat di tahap awal.
2.    Jenis-jenis Gangguan Makan
Terdapat dua jenis gangguan makan, yaitu :
a.    Anorexiane Nervosa
Istilah anoreksia secara harafiah artinya kehilangan nafsu makan. Definisi ini sedikit salah kaprah sebab penderita anoreksia sebenarnya merasakan lapar namun menolak untuk makan. Penderita anoreksia sangat takut gemuk bahkan mereka tetap melihat dirinya gemuk padahal sudah sangat kurus. Mereka akan menolak makan dan melakukan olah raga yang berlebihan  untuk menurunkan berat badan.
Anoreksia atau lengkapnya disebut anoreksia nervosa merupakan suatu gangguan yang berpotensi mengancam nyawa akibat kelaparan dan penurunan berat badan yang drastis. Diagnosa ditegakan jika seseorang kehilangan sedikitnya 15% dari berat badan normal atau idealnya. Penurunan berat badan yang ekstrem pada penderita anoreksia sangat berbahaya bagi kesehatan dan bahkan dapat mematikan.
Anoreksia nervoasa umumnya timbul pada awal hingga pertengahan masa remaja, sering kali timbul setelah suatu episode diet dan terjadinya stress kehidupan.Bila anoreksia nervosa terjadi pada laki-laki, simtomatologi dan berbagai karakteristik lain, seperti penuturan tentang konflik keluarga, secara umum sama dengan yang dituturkan kaum perempuan yang mengalami gangguan tersebut (Olivardia dkk.,1995). Para pasien anoreksia nervosa sering kali didiagnosis dengan depresi,gangguan obsesif-komplusif,fobia,gangguan panic,alkoholisme,dan berbagai gangguan kepribadian (Godart dkk.,2000 ; Ivarsson dkk.,2000;Walters & Kendler,1994).Laki-laki yang menderita anoreksia nervosa juga memiliki kemungkinan didiagnosis menderita gangguan mood,skizofreniaatau ketergantunganzat (Striegel-Moore dkk.,1999).
Perubahan Fisik dalam Anoreksia Nervosa. Melaparkan dirisendiri dan penggunan obat pencahar menimbulkan berbagai konsekuensi biologis yang tidak dikehendaki pada para pasien anoreksia nervosa.Tekanan darah sering kali turun, denyut jantung melambat, ginjal dan system pencernaan menjadi bermasalah, massa tulang kurang, kulit mongering, kuku jari menjadi mudah patah, kadar hormone berubah, dan dapat terjadi anemia ringan.Beberapa pasien mengalami kerontokan rambut, dan dapat memiliki lanugo, yaitu bulu-bulu lembut dan halus tumbuh mereka.
Ada dua subtipe umum dari anoreksia yaitu sebaga berikut :
·      Tipe makan berlebihan/membersihkan
·      Tipe menahan



Ciri-ciri anoreksia yaitu sebagai  berikut :
·         orang yang bersangkutan menolak untuk mempertahankan berat badan normal.
·         orang-orang yang menderita anoreksia sangat takut bila berat badannya     bertambah dan rasa takut tersebut tidak berkurang dengan turunnya berat badan. Mereka tidak pernah merasa cukup kurus.
·         pada pasien yang menderita anoreksia nervosa memiliki pandangan yang menyimpang tentang bentuk tubuh mereka.
·         pada perempuan kondisi tubuh yang sangat kurus menyebabkan amenorea,yaitu berhentinya periode menstruasi

b.    Bulimia nervosa
Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang memiliki episode yang berulang untuk menelan makanan dalam jumlah besar, diikuti dengan penggunaan cara-cara yang tidak tepat untuk mencegah pertambahan berat badan. Hal ini bisa melibatkan mengeluarkan makanan dengan memaksa diri untuk memuntahkanya dengan menggunakan obat pencahar, diuretics atau enemas, brpuasa atau menjalankan latihan fisik yang  berlebihan.
3.    Gejala Gangguan Makan
1.      Anoreksia
Anak-anak dan remaja dengan anoreksia memiliki citra tubuh yang terdistorsi. Orang dengan anoreksia melihat diri mereka sebagai berat, bahkan ketika mereka kurus. Mereka terobsesi untuk menjadi kurus dan menolak untuk mempertahankan berat badan minimal bahkan normal.
Menurut Institut Nasional Kesehatan Mental , sekitar satu dari setiap 25 anak perempuan dan perempuan akan memiliki anoreksia dalam hidup mereka. Kebanyakan akan menyangkal bahwa mereka memiliki gangguan makan.
Gejala anoreksia meliputi:
  • kecemasan, depresi, perfeksionisme, atau menjadi sangat kritis terhadap diri sendiri
  • diet bahkan ketika seseorang kurus
  • berlebihan atau kompulsif berolahraga
  • intens takut menjadi gemuk,
  • menstruasi yang menjadi jarang atau berhenti
  • cepat merasa berat, dan orang tersebut mencoba menyembunyikan dengan pakaian longgar
  • kebiasaan makan yang aneh, seperti menghindari makanan, makan secara rahasia, mengawasi setiap gigitan makanan, atau hanya makan makanan tertentu dalam jumlah kecil
  • tidak biasa minat dalam makanan
Anoreksia dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang serius. Permasalahan tersebut meliputi:
  • kerusakan organ utama, terutama otak, jantung dan ginjal
  • denyut jantung tidak teratur
  • menurunkan tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh , dan tingkat pernapasan
  • sensitivitas terhadap dingin
  • penipisan tulang
Anoreksia berakibat fatal pada sekitar satu dari setiap 10 kasus. Penyebab paling umum kematian termasuk serangan jantung, ketidakseimbangan elektrolit, dan bunuh diri.
2.      Bulimia
Seperti anak-anak dan remaja dengan anoreksia, bulimia juga takut berat badan dan merasa sangat bahagia dengan tubuh mereka. Mereka berulang kali akan makan terlalu banyak makanan dalam waktu singkat. Seringkali anak atau remaja kehilangan kontrol. Merasa jijik dan malu setelah makan berlebihan, remaja dengan bulimia mencoba untuk mencegah kenaikan berat badan dengan menginduksi muntah atau menggunakan obat pencahar, pil diet, diuretik, atau enema. Setelah membersihkan makanan, mereka merasa lega.
Orang dengan bulimia biasanya berfluktuasi dalam kisaran berat badan normal, meskipun mereka mungkin kelebihan berat badan juga. Sebanyak satu dari setiap 25 wanita akan memiliki bulimia dalam hidup mereka.
Gejala bulimia meliputi:
  • menyalahgunakan obat pencahar dan perawatan lainnya untuk mencegah kenaikan berat badan
  • kegelisahan
  • bingeing pada sejumlah besar makanan
  • makan secara rahasia atau memiliki kebiasaan makan yang tidak biasa
  • berlebihan latihan
  • penekanan yang berlebihan pada penampilan fisik
  • teratur menghabiskan waktu di kamar mandi setelah makan
  • menggunakan jari untuk merangsang muntah
  • tidak biasa minat dalam makanan
  • muntah setelah makan
Bulimia dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang serius. Permasalahan tersebut meliputi:
Komplikasi bisa serius. Perut asam dari muntah kronis dapat menyebabkan:
  • kerusakan enamel gigi
  • radang kerongkongan
  • pembengkakan kelenjar ludah di pipi
Selain itu, bulimia juga dapat menurunkan kadar potasium. Hal ini dapat menyebabkan hal yang berbahaya, ritme jantung menjadi abnormal.
4.    Faktor-faktor Penyebab Gangguan Makan
Berbagai faktor saling berkaitan dalam menyebabkan gangguan makan
1.    Faktor sosiokultural
     Tekanan yang berlebihan pada wanita muda untuk mencapai standar khusus  yang tidak realistis
2.    Faktor psikososial
1.    Diet yang kaku atau sangat membatasi dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol yang diikuti dengan pelanggaran diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulimik
2.    Ketidak puasan pada tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak sehat untuk mencapai berat badan yang diinginkan
3.    Faktor kognitif
1.    Merasa kurang memiliki kontrol atas berbagai aspek kehidupan lain selain diet
2.    Kebutuhan psikologis untuk kesempurnaan dan kecenderungan untuk berpikir secara dikotomis atau ‘hitam-putih’ (semua atau tidak sama sekali)
4.    Faktor psikodinamika
          Pengidap anoreksia memiliki kesulitan untuk berpisah dari keluarga mereka dan menyentuh identitas yang terpisah dan terindividuasi. Anoreksia mencerminkan usaha alam bawah sadar dari remaja putri untuk memperthankan masa prapubertasnya. Hal ini dilakukan dengan mempertahankan tampilan kanak-kanak mereka, menolak berhadapan dengan isu-isu orang dewasa seperti pningkatan kemandirian dan berpisah dengan keluarga, kematngan seksual, dan asumsi adanya tanggung jawab pribadi.
5.    Faktor keluarga
1.    Keluarga dari pasien gangguan makan sering kali memiliki karakteristik yang sama yaitu adanya konflik, kurangnya kedekatan dan pengasuhan, serta gagal dalam membangun kemandirian dan otonomi pada diri anak perempuan mereka
2.    Dari perspektif sistem keluarga, gangguan makan pada anak perempuan dapat memberi keseimbangan pada keluarga yang disfungsional dengan mengalihkan perhatian dari masalah keluarga atau pun masalah pernikahan
6.    Faktor biologis
1.    Ketidakseimbangan yang mungkin terjadi pada sistem neurotransmiter di otak yang mengatur mood dan nafsu makan
2.    Kemungkinan pengaruh genetis
5.    Penanganan yang dapat dilakukan
Penanganan gangguan makan memerlukan kerjasama team seperti psikiatri, konselor dan juga dokter. Sering kali sulit ditangani tapi tersedia beberapa pendekatan terapeutik
1.      Penanganan biomedis
1.    perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk membantu pasien anoreksia mencapai berat badan yang sehat atau pasien bulimia mengatasi siklus makan berlebih lalu mengeluarkannya dalam kasus dimana terapi rawat jalan telah gagal
2.      Pengobatan antidepresan dapat digunakan untuk mengatur napsu makan dengan mengubah proses kimia pada otak atau untuk melepaskan depresi yang mendasari
2.    Psikoterapi
Terapi psikodinamika bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik psikologis yang ada.
3.    Terapi behavioral kognitif (CBT)
1.    Untuk membantu individu dengan gangguan makan mengalahkan pikiran dan keyakinan yang self-defeating serta mengembangkan kebiasaan makan dan pola berpikir yang lebih sehat
2.    Modifikasi perilaku membantu pasien anoreksia yang dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan berat badan dengan memberi hadiah yang diinginkan untuk perilaku makan yang tepat
3.    Pemaparan terhadap pemecahan respon membantu individu bulimia untuk menoleransi memakan makanan yang menurut mereka dilarang tanpa makan berlebihan dan mengeluarkannya
4.    Terapi Interpersonal (IPT)
Menekankan pada penyelesaian masalah interpersonal dengan keyakinan bahwa fungsi interpersonal yang semakin efektif akan menghasilkan kebisaaan dan sikap makan yang lebih sehat
5.    Terapi keluarga
Dapat digunakan untuk mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan komunikasi diantara anggota keluarga
Untuk membangkitkan kesadaran klien dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, tetapi usaha tersebut harus terus dilakukan secara bertahap sehingga yang bersangkutan dapat beradaptasi dan merasa nyaman dengan perubahan tersebut sampai sepenuhnya klien dapat mengontrol perilaku makan.
B.  Obesitas
1.      Pengertian Obesitas
Obesitas merupakan kelebihan berat badan akibat terjadinya penumpukan sel-sel lemak. Awalnya, Anda hanya akan merasa bahwa berat badan naik. Namun,  saat sel-sel lemak yang tertimbun semakin banyak, maka akan terjadi perubahan anatomis. suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan / atau meningkatkan masalah kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2.
Kegemukan adalah penyebab kematian yang dapat dicegah paling utama di dunia, dengan jumlah paling banyak pada orang dewasa dan anak yang semakin meningkat, sehingga pihak berwenang menganggap kegemukan sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius pada abad 21. Kegemukan umumnya merupakan stigma di dunia modern (khususnya di Dunia barat), meskipun pada suatu waktu dalam sejarah, kegemukan secara luas dianggap sebagai simbol kekayaan dan kesuburan, dan masih dianggap demikian di beberapa bagian di dunia hingga sekarang.
2.      Penyebab obesitas
·       Gaya hidup. Obesitas bisa terjadi karena banyak faktor, “Namun, 90% obesitas terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat,” kata dr. Inge Permadhi, MS, SpGK, spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Salah satu faktornya adalah karena asupan makanan yang melebihi kebutuhan tanpa diimbangi aktivitas yang cukup, atau istilah kerennya, sedentary lifestyle (gaya hidup tanpa banyak bergerak). Padahal,  aktivitas yang cukup diperlukan untuk membakar kelebihan energi yang ada. Jika hal ini tidak terjadi, maka kelebihan energi akan diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam sel-sel lemak. Tapi, jangan langsung panik saat mengingat jumlah makanan yang Anda makan tadi malam. Sebab hal ini tak terjadi dalam waktu singkat, tapi dalam jangka waktu yang cukup lama. 
·       Lain-lain. Beberapa hal lain yang turut berperan dalam obesitas adalah konsumsi obat-obatan tertentu –seperti obat depresi– dan faktor usia. Saat usia Anda bertambah, maka kinerja sistem metabolisme Anda akan menurun. Hal ini menyebabkan lemak menjadi lebih cepat tersimpan. Hasilnya? Tubuh Anda akan membesar.
·       Faktor genetik. Hal lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas adalah faktor genetik, yaitu sebanyak 25-35 %. Jadi, jika ada anggota keluarga Anda yang memiliki riwayat obesitas, maka Anda memiliki risiko yang lebih tinggi menderita  obesitas dibandingkan dengan mereka yang tidak. “Tapi  faktor genetik juga berhubungan dengan masalah gaya hidup yang kurang sehat,” kata dr. Inge. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Namun, anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33 persen terhadap berat badan seseorang.
·       Faktor lingkungan. Lingkungan yang dimasuk yaitu perilaku/pola hidup seperti apa kualitas dan kuantitas makanan serta bagaimana seseorang beraktivitas. Jika genetik tidak dapat diubah, pola makan dan aktivitas dapat diubah jika ada kemauan dari seseorang untuk memperbaiki hidupnya
·       Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas.
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari. Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak
3.      Dampak Obesitas
·         Penyakit Jantung Koroner
Jika seseorang mengalami obesitas, maka akumulasi lemak pada tubuh orang tersebut meningkat. Akumulasi lemak ini dapat disimpan di bawah kulit, omentum, jaringan pembuluh darah dan jaringan lemak lain. Bahayanya ialah bila lemak tersimpan pada lapisan pembuluh darah arteri, karena dalam tubuh arteri bertugas menyuplai darah bagi organ vital, seperti otak dan jantung. Lemak yang menumpuk pada pembuluh darah dapat menurunkan fungsi pembuluh tersebut, bahkan menyumbatnya. Mungkin ada yang bertanya, bagaimana bisa demikian?
Pada prinsipnya, timbunan lemak akan memicu terbentuknya aterosklerosis, penebalan pembuluh darah akibat akumulasi senyawa lemak seperti kolesterol dan trigliserida, khususnya pada arteri koronaria, arteri yang bertugas membawa darah segar ke otot-otot jantung. Asalnya, pengaruh lemak ini tidak bersifat langsung, tetapi melalui proses berantai yang kompleks. Secara singkat, lemak yang terakumulasi pada pembuluh darah akan menimbulkan peradangan, yang pada akhirnya membentuk tonjolan plak yang mempersempit diameter dalam pembuluh darah. Pada sindrom koroner akut, biasanya telah terjadi pecahnya plak tersebut yang nantinya dapat menyumbat pada arteri koroner.
Lemak akan memicu terbentuknya aterosklerosis, penebalan pembuluh darah akibat akumulasi senyawa lemak seperti kolesterol dan trigliserida, khususnya pada arteri koronaria, arteri yang bertugas membawa darah segar ke otot jantung
Gejala penyakit jantung koroner yang disebut dengan sindrom koroner akut (“serangan jantung”) timbul ketika terjadi peningkatan kebutuhan oksigen jantung tanpa disertai pasokan yang memadai, atau penurunan suplai oksigen pada jantung. Peningkatan kebutuhan oksigen ini terjadi pada saat jantung melakukan kerja berat misalnya pada saat berolahraga berat. Sedangkan penurunan suplai oksigen disebabkan karena adanya pengerutan atau penyumbatan arteri koroner. Apabila kebutuhan oksigen jantung tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu, maka otot jantung akan mengalami kekurangan oksigen dalam darah (iskemia), yang lama kelamaan akan diikuti dengan matinya sel otot jantung (nekrosis). Kondisi iskemia dan nekrosis inilah yang menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan henti jantung pada penderita penyakit jantung koroner.
·         Resistensi Insulin dan Diabetes Melitus type 2
Obesitas dapat memicu intoleransi glukosa dan resistensi hormon insulin, yang dapat berujung pada diabetes melitus tipe 2. Kondisi insulin resisten sangat berkaitan erat dengan timbunan dari lemak dalam perut. Ada beberapa faktor utamanya, seperti asam lemak bebas yang naik akibat kenaikan massa lemak tubuh, yang berdampak pada penurunan sensitifitas insulin, adanya akumulasi lipid dalam sel, dan adanya beberapa peptide yang dapat diproduksi oleh jaringan lemak yang dapat memodifikasi fungsi dan aksi dari insulin. Disisi lain, seseorang dengan kondisi hyperinsulinemia dan insulin yang resisten, dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan mencegah dari kehilangan berat badan.
Obesitas dapat memicu intoleransi glukosa dan resistensi hormon insulin, yang dapat berujung pada diabetes melitus tipe 2. Kondisi insulin resisten sangat berkaitan erat dengan timbunan dari lemak dalam perut
Fakta lain menunjukkan bahwa obesitas memicu peradangan mikro dalam tubuh yang terjadi secara menyeluruh dan terus menerus. Mekanisme peradangan tersebut dapat berkaitan erat dengan terjadinya respon stress yang berujung pada resistensi fungsi insulin. Dari sini, kita dapat mengambil faedah yaitu, obesitas, adalah salah satu faktor resiko utama diabetes dan memang faktanya 80% pada pasien diabetes type 2, mengalami obesitas. Adanya olahraga dan pengurangan berat badan, terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan sensitifitas dari insulin dan memperbaiki kontrol gula darah pada pasien diabetes.
·         Penyakit reproduksi
Ternyata, terdapat fakta menarik tentang obesitas yang dapat mempengaruhi dari sistem reproduksi pada manusia baik laki-laki dan perempuan. Seorang laki-laki yang mengalami penurunan fungsi organ dan hormon reproduksinya, sangat berkaitan erat dengan naiknya jaringan lemak pada dirinya. Biasanya disertai dengan membesarnya daerah sekitar otot dada, sehingga payudaranya tampak membesar yang disebut dengan ginekomastia.
Pada wanita sendiri, obesitas sangat berkaitan erat dengan abnormalitas siklus menstruasi. Fakta menunjukkan bahwa wanita dengan oligomenorrhea yang obese maka cenderung mengalami sindrom ovarian polikistik. Selain itu, tingginya jumlah perubahan androstenedion menjadi estrogen -suatu proses hormonal yang diperantarai oleh sel-sel lemak-, dapat menaikkan kejadian kanker rahim pada wanita postmenopause dengan obesitas.
Seorang laki-laki yang mengalami penurunan fungsi organ dan hormon reproduksinya, sangat berkaitan erat dengan naiknya jaringan lemak pada dirinya
·         Penyakit pulmonal
Obesitas sangat berkaitan dengan sejumlah gangguan pada paru, hal ini terjadi karena berkaitan dengan pengurangan elastisitas kembang-kempis dari dinding dada, sehingga fungsi pernafasan akan turun. Akibatnya terjadi naiknya sisa udara dalam paru dan naiknya jumlah cadangan udara dalam dada setelah seseorang menghembuskan nafas. Beberapa orang dengan obesitas yang berat mengeluhkan kesulitan tidur, henti nafas saat tidur (apnea) dan yang disebut dengan sindrom hipoventilasi, yang ditandai dengan kondisi kekurangan oksigen dan kelebihan karbondioksida. Apnea pada saat tidur juga dapat terjadi secara sentral, yakni di otak, yang nantinya dapat memicu hipertensi.
·         Penyakit hepatobilier
Obesitas nantinya dapat menimbulkan tertimbunnya lemak pada liver yang tidak dipicu oleh alkohol (non alcoholic fatty liver disease (NAFLD)). Pada kondisi ini, NAFLD dapat mengalami perubahan menjadi peradangan liver yang disertai perlemakan yang lebih luas, yang berpeluang berkembang menjadi pengerasan liver (sirosis) dan kanker liver. Disisi lain, obesitas akan memicu sekresi kolesterol berlebih dalam cairan empedu, dan dengan ini dapat menjadi faktor resiko terbentuknya batu empedu. Selain itu, bila disertai peradangan maka dapat menyebabkan radang kantung empedu. Diantara gejalanya adalah rasa nyeri di daerah perut bagian atas setelah mengkonsumsi makanan berlemak.
Disisi lain, obesitas akan memicu sekresi kolesterol berlebih dalam cairan empedu, dan dengan ini dapat menjadi faktor resiko terbentuknya batu empedu
·         Kanker
Obesitas pada laki-laki sangat berkaitan dengan tingkat kematian disebabkan kanker, terutama kanker kerongkongan, usus besar, rektum, pankreas, liver dan prostat. Sedangkan pada perempuan, obesitas sangat berpengaruh pada terjadinya kanker kantung empedu, kanker payudara, dinding rahim, serviks dan kanker ovarium.
·         Penyakit tulang, sendi dan penyakit kulit
Ternyata pada manusia, obesitas juga berpengaruh pada penyakit degeneratif, seperti osteoarthritis (peradangan sendi). Adanya kenaikan beban tubuh, ditambah peradangan pada sendi, dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan tulang rawan sendi, terutama sendi yang digunakan untuk menopang berat tubuh seperti sendi lutut. Selain itu obesitas juga dapat berpengaruh pada kulit, seperti dapat terjadi penyakit acanthosis nigrican, yang bermanifestasi pada menggelapnya kulit di bagian lipatan dan lekukan tubuh, seperti ketiak, selangkangan, dan leher. Kulit di bagian tersebut bisa jadi menebal dan berbau tidak sedap. Adanya lipid pada lipatan kulit ini nantinya akan dapat menjadi resiko dari infeksi jamur, misalnya infeksi jamur kandida, dengan berbagai derajat infeksi
4.   Cara Mencegah Obesitas
Jika dulu penyakit ini hanya mengintai pria dewasa lebih tepatnya usia lanjut, sekarang ini obesitas bisa dengan mudah menyerang para remaja, anak-anak hingga balita.
Untuk mencegah obesitas dapat melakukan tindakan sebagai berikut :
·                   Sering berolahraga
·                   Makan makanan sehat rendah lemak
·                   Jaga berat badan sehat anda
·                   Selalu konsisten terhadap perencanaan mengenai gaya hidup sehat anda sehari-hari
A.    Gangguan Tidur
Tidur merupakan salah satu dari fungsi otak, dimana bila fungsi ini terganggu tentunya dapat menyebabkan masalah pada diri kita. Gangguan tidur merupakan gangguan medis yang menyebabkan perubahan pola tidur seseorang sehingga dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk bekerja/beraktivitas. Kurang tidur belum tentu merupakan gangguan tidur jika tidak mengganggu aktivitasnya, jika seseorang dapat bekerja dengan baik sepanjang hari tanpa kehilangan kemampuan kognitif atau fungsi motorik, maka orang ini tidak dianggap mengalami gangguan tidur.
Berikut adalah gejala-gejala umum gangguan tidur yang sering dialami:
  1. Kelelahan
  2. Lemas
  3. Tidak mampu berkonsentrasi
  4. Hilang ingatan/memori jangka pendek
  5. Sulit berbicara
  6. Nyeri atau pegal-pegal
  7. Rentan mengalami kecelakaan atau ceroboh
Masalah tidur yang menyebabkan stress pribadi yang signifikan atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, arau peran lain diklasifikasikan dalam sistem DSM sebagai gangguan tidur (sleep disorder). DSM mengelompokkan gangguan tidur ke dalam dua kategori utama yaitu dissomnia dan parasomnia.
1.    Dissomnia
Dissomnia adalah gangguan tidur yang memiliki karakteristik terganggunya jumlah, kualitas, atau waktu dari tidur. Ada lima tipe khusus dissomnia yaitu insomnia, hipersomnia, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan dan gangguan irama sirkadian.
a.       Insomnia
Menurut DSM-IV insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur. Atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya selama satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu. Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam  tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk melakukannya. Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi dan suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas hidup.
Insomnia diklasifikasikan menjadi dua yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder.
·         Insomnia primer mempunyai faktor penyebab yang jelas, seperti pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur, seringkali menjadi penyebab dari jenis insomnia primer ini.
·         Insomnia sekunder, biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi medis. Masalah psikologis seperti perasaan sedih dan depresi juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder. Selain itu masalah fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun penyalahgunaan alkohol.
Untuk lebih memahami tentang insomnia, berikut akan disebutkan gejala-gejala yang timbul akibat insomnia.
·      Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
·      Sering terbangun pada malam hari
·      Bangun tidur terlalu awal
·      Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
·      Iritabilitas, depresi atau kecemasan
·      Konsentrasi dan perhatian berkurang
·      Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
·      Ketegangan dan sakit kepala
Secara umum, faktor penyebab insomnia, diantaranya:
·         Faktor Psikologi. Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadipenyebab insonia transient.
·          Problem Psikiatri. Depresi paling sering ditemukan. Individu  bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak individu ingini, adalah gejala paling umum dari awal depresi, cemas, neorosa, dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.
·         Sakit fisik. Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum dapat di tanggulangi dengan baik,gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat terjadi.
·         Faktor Lingkungan. Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta api, pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.
·         Gaya Hidup. Alkohol , rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur.

Kebutuhan tidur sama seperti kebutuhan makan-minum, sifatnya sangat individual, ada yang perlu tidur 8-10 jam sehari, ada yang cukup tidur 5 jam saja, tapi normalnya lamanya tidur 6-7 jam perhari. Terkadang ada beberapa anggapan masalah lama tidaknya tidur bukan hanya saja ukuran untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik namun mutu atau kenyamanan tidur yang membawa tidur itu menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Dampak dari insomnia itu sendiri bagi kesehatan antara lain
·         Menyebabkan penambahan berat badan. Kurangnya tidur dapat menyebabkan pada meningkatnya rasa lapar dan nafsu makan yang dapat menyebabkan obesitas.
·         Daya tahan tubuh menjadi lemah sehingga mudah sakit
·         Stress meningkat. Studi universitas Chicago menemukan tidur kurang dari 7  jam dapat meningkatkan produksi kortisol (hormon stres).
·         Meningkatkan rasa cemas dan gampang tersinggung.
·         Dapat mengganggu kewaspadaan, konsentrasi, penalaran, pemecahan masalah dan pelupa.
·         Dll.
Terlepas dari apa yang menyebabkan masalah tidur individu, penting untuk membangun dan memelihara kebiasaan tidur yang sehat. Berikut adalah beberapa cara yang akan membantu individu agar dapat tidur nyenyak di malam hari
1.    Membentuk rutinitas tidur yang teratur dan menentukan jadwal untuk tidur dan bangun Jangan makan atau minum terlalu banyak ketika mendekati jam waktu tidur
2.      Ciptakan lingkungan tidur yang gelap, sejuk dan nyaman
3.      Hindari suara mengganggu
4.      Mengurangi komsumsi atau tidak mengkomsumsi kafein, terutama di malam hari
5.      Hindari alkohol dan nikotin, terutama mendekati waktu tidur
6.      Sering berolahraga, tapi tidak dalam waktu tiga jam sebelum waktu tidur
7.      Hindari tidur siang, khususnya di sore hari
8.      Singkirkanlah gadget jauh-jauh dari tempat tidur anda. Salah satu kebiasaan buruk masyarakat modern adalah sering membawa gadget ke tempat tidur sehingga kita tidak akan fokus untuk beristirahat. Selain dapat mengganggu tidur, radiasi yang dihasilkan oleh telpon genggam ataupun gadget lain ternyata juga dapat mengganggu fungsi otak dan dapat menurunkan fungsi organ-organ seksual.
9.      Konsumsilah makanan yang mengandung potasium dan magnesium tinggi seperti pisang dan kacang almond. Selain dapat membuat tidur anda lebih nyenyak, kandungan triptofan dalam buah pisang ternyata juga dapat menenangkan hormon otak sehingga anda bisa cepat tidur.
10.  Lakukanlah meditasi dan latih pernafasan. Meditasi sudah dikenal sejak dulu sebagai salah satu metode relaksasi yang paling ampuh. Dengan bermeditasi, anda akan berlatih agar bisa melupakan permasalahan hidup dan memfokuskan diri pada satu titik di dalam pikiran anda, sehingga pikiran anda akan semakin jernih dan anda akan mendpatkan tidur yang lebih berkualitas lagi.
Selain cara-cara di atas berikut ada beberapa teknik atau metode terapi tanpa obat yang dapat dilakukan untuk mengobati insomnia adalah dengan metode bootzin dan metode relaksasi
1.    Metode Bootzin
Metode Bootzin dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·         Pada prinsipnya, setiap malam hanya pergi tidur jika sudah merasa mengantuk.
·         Segera tinggalkan kamar tidur jika dalam waktu 15 menit belum jatuh tidur, dan lakukan sesuatu hingga rasa mengantuk datang.
·          Hindari tidur siang
·         Jangan melakukan pekerjaan lain selain tidur di kamar tidur.
2.      Metode relaksasi
Metode relaksasi ini sangat penting dan bermanfaat untuk mengobati insomnia. Menurut survey dan penelitian di bidang kedokteran, sebagian besar para penderita insomnia, sangat memerlukan relaksasi untuk bisa rileks/sanati. Metode relaksasi adalah sebagai berikut :
·      Membiasakan untuk mengatur waktu yang cocok untuk memulai tidur pada gejala pertama keletihan, sehingga dengan demikian badan akan terbiasa dengan suatu waktu yang teratur untuk istirahat.
·      Tidurlah dalam posisi yang dirasakan paling cocok dan terasa nyaman, misalnya tidur dalam posisi terlentang atau miring sesuai dnegan kebiasaan pribadi.
·      Menyetel musik klasik sebagai pengantar tidur yang nyenyak. Musik dapat membantu pikiran dan otak menjadi lebih rileks dan menggiring rasa ingin tidur lebih cepat.

b.      Hipersomnia
Hipersomnia adalah kantuk berlebihan, terlihat dari tidur malam yang berkepanjangan, sulit mempertahankan keadaan terjaga pada siang hari, atau episode tidur yang tidak diinginkan pada siang hari. Hipersomnia yang berlangsung lama dan tidak mendapatkan perawatan yang memadai dapat menyebabkan bingung, kehilangan memori, lesu, dan cemas. Hipersomnia yang berkelanjutan tidak hanya dapat mengganggu kesehatan fisik seseorang tetapi juga dapat mengganggu mengganggu hubungan sosial dengan orang lain.
Gejala hipersomnia itu sendiri ditandai dengan penderita merasa sangat mengantuk dan sering ingin tidur atau bahkan tertidur bukan pada tempatnya dan bukan pada waktunya untuk tidur. Gejala hipersomnia juga dapat terjadi secara temporer atau sementara. Hal ini bisa dikarenakan kurangnya waktu tidur dalam beberapa hari atau akibat keletihan. Gejala-gejala lain yang dapat muncul, antara lain kecemasan, berkurangnya energi, gelisah, lambat dalam berpikir, lambat dalam berbicara, hilang nafsu makan, halusinasi, dan sulit untuk mengingat. Beberapa penderita kehilangan kemampuan dalam bekerja, fungsi sosial, dalam keluarga, atau lainnya.
Hipersomnia bukan merupakan suatu jenis penyakit tertentu melainkan merupakan gejala dari  penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Untuk mengobati hipersomnia, perlu diketahui penyebabnya. Mengobati hipersomnia berarti mengobati penyakit atau gangguan kesehatan yang menyebabkan gejala kantuk berlebihan tersebut.
Hipersomnia seniri memiliki dampak buruk bagi kesehatan, yaitu antara lain sebagai berikut :
·         Diabetes. Penelitian menunjukkan, orang yang tidur lebih dari sembilan jam tiap malam berisiko 50 persen lebih besar terkena diabetes dibandingkan dengan mereka yang tidur tujuh jam per malam. Penelitian juga menemukan, hipersomnia dapat mengindikasikan gangguan medis yang meningkatkan kemungkinan pengaruh diabetes.
·         Obesitas. Penelitian menunjukkan, mereka yang tidur selama 9-10 jam tiap malam 21 persen lebih mungkin mengalami obesitas daripada mereka yang hanya tidur selama 7-8 jam.
·         Sakit jantung. Sebuah penelitian menunjukkan, wanita yang tidur selama 9-11 jam  tiap malam 38 persen lebih mungkin terkena penyakit jantung koroner.
·         Sakit kepala. Para peneliti meyakini, sakit kepala bisa merupakan efek dari hipersomnia. Mereka yang tidur terlalu lama pada siang hari sering mengalami gangguan ketika hendak tidur pada malam harinya sehingga menyebabkan timbulnya sakit kepala pada keesokan hari.
·         Nyeri punggung. Ketika Anda berbaring di tempat tidur selama berjam-jam, sering kali timbul nyeri pada punggung. Orang yang menderita sakit punggung atau rentan terhadap sakit punggung pun dianjurkan dokter untuk tetap aktif bergerak, tidak sering berbaring atau tiduran.
·         Kematian. Beberapa penelitian menemukan, orang yang tidur sembilan jam atau lebih tiap malam memiliki tingkat kematian lebih tinggi daripada mereka yang tidur tujuh hingga delapan jam per malam. Para peneliti berspekulasi, depresi dan rendahnya status sosial ekonomi (juga dikaitkan dengan tidur lebih lama) dapat dihubungkan dengan meningkatnya mortalitas (kematian).

c.    Narkolepsi
Narkolepsi merupakan salah satu bagian dari gangguan tidur kronik. Pengertian dari narkolepsi sendiri adalah keinginan untuk tidur yang tidak tertahankan pada keadaan dan waktu yang tidak sesuai. Serangan tidur ini biasanya muncul mendadak dan dalam waktu yang singkat. Penderita narkolepsi biasanya akan mengantuk lalu langsung tertidur kemudian setelah 15 menit orang tersebut akan bangun dan merasa segar, tetapi setelah itu akan mulai merasa mengantuk lagi. Kejadian ini akan terjadi secara berulang ulang setiap hari.
Untuk mengenali penderita narkolepsi, terdapat 4 gejala klasik (classic tetrad):
1.    Rasa kantuk berlebihan
Karakteristik utama narkolepsi adalah mengantuk luar biasa dan tak terkendali di siang hari. Orang dengan narkolepsi tertidur secara tiba-tiba, di mana saja dan kapan saja. Sebagai contoh, penderita mungkin tiba-tiba tertidur untuk beberapa menit di tempat kerja atau ketika sedang berbicara dengan teman. Penderita tidur hanya beberapa menit atau sampai setengah jam sebelum bangun dan merasa segar, tapi kemudian tertidur lagi. Selain tidur di waktu dan tempat yang tidak tepat, penderita juga mengalami penurunan kewaspadaan sepanjang hari. Rasa kantuk dapat dipuaskan setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.
2.    Katapleksi (cataplexy)
Penderita bisa mengalami kelumpuhan sementara tanpa disertai penurunan kesadaran (keadaan ini disebut katapleksi), sebagai respon terhadap suatu reaksi emosional mendadak, seperti kemarahan, ketakutan, kegembiraan, tertawa atau kejutan. Berjalan menjadi timpang, menjatuhkan barang yang sedang dipegang atau terjatuh ke tanah. Penderita juga bisa mengalami episode kelumpuhan tidur, dimana ketika baru saja tertidur atau segera sesudah terbangun, penderita merasakan tidak dapat bergerak. Kondisi tiba-tiba lemas (seperti tak berotot), dapat menyebabkan berbagai perubahan fisik, dari cadel ketika berbicara untuk melengkapi kelemahan dari sebagian besar otot, dan dapat berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit. Cataplexy yang tidak terkontrol dan sering dipicu oleh emosi yang kuat, biasanya yang positif seperti tertawa atau kegembiraan, tapi kadang-kadang ketakutan, kejutan atau kemarahan. Misalnya, kepala penderita dapat terkulai tak terkendali atau lutut tiba-tiba lemas ketika tertawa. Beberapa orang dengan pengalaman narkolepsi hanya satu atau dua episode cataplexy setahun, sementara yang lain memiliki banyak episode setiap hari. Dari data Mayoclinic diperkirakan 70 persen orang dengan pengalaman narkolepsi mengalami cataplexy.
3.     Sleep paralysis
Sleep paralysis adalah keadaan lumpuh dimana penderitanya tidak dapat menggerakkan tubuhnya sama sekali. Di saat peralihan dari sadar ke tidur, sleep paralysis bisa menyerang berbarengan dengan halusinasi sehingga menimbulkan pengalaman yang menakutkan bagi penderitanya. Ini terjadi karena gelombang tidur REM (mimpi) yang menerobos ke kesadaran sehingga seolah penderita bermimpi di siang bolong. Anda tentu ingat, bahwa dalam tahap tidur REM seluruh otot tubuh (kecuali mata dan pernafasan) menjadi lumpuh total.
Orang-orang dengan narkolepsi sering mengalami ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara saat jatuh tertidur atau saat terjaga dalam beberapa menit. kejadian ini biasanya singkat- yang berlangsung satu atau dua menit. Penderita merasa hilang kendali atas tubuhnya.
4.      Hypnagogic/hypnopompic hallucination
Halusinasi (melihat atau mendengar benda yang sesungguhnya tidak ada) bisa terjadi pada awal tidur atau ketika terbangun. Halusinasi ini menyerupai mimpi biasa, tetapi lebih hebat. Kondisi mimpi yang menyusup ke alam sadar bermanifestasi sebagai halusinasi. Penderita narkolepsi biasanya berhalusinasi seolah melihat orang lain di dalam ruangan. Orang lain tersebut bisa orang yang dikenal, teman, keluarga, sekedar bayangan, hantu atau bahkan makhluk asing, tergantung pada latar belakang budaya penderita. Dengan gejala-gejala yang tidak biasa ini, tidak jarang keluarga menganggap penderita narkolepsi mengidap gangguan jiwa.
Secara pasti, penyebab pasti narkolepsi belum diketahui. Penyebabnya bisa karena adanya infeksi tertentu yang merusak sel otak yang berfungsi untuk mengatur pola tidur. Beberapa peneilitian juga menyebutkan bahwa salah satu penyebab dari narkolepsi adalah mutasi genetik. Sedangkan faktor penyebab lainnya adalah adanya kromosom 6 yang dikenal dengan nama kompleks HLA.
Bila terdapat pola narkolepsi yang terus bertahan pada orang dewasa atau mengantuk pada tengah-tengah kegiatan yang sedang berjalan, suatu masalah emosi yang berat mungkin mendasari gangguan tidur itu, dan ini biasanya memerlukan psikoterapi yang luas. Disamping itu, dapat pula digunakan obat-obatan (resep dokter) perangsang (stimulan), seperti fedrin, amfetamin, dekstroamfetamin dan metilfenidat, bisa membantu mengurangi narkolepsi. Dosisnya disesuaikan agar tidak terjadi efek samping yang tidak diinginkan, seperti kegelisahan, terlalu aktif atau penurunan berat badan. Untuk mengurangi katapleksi, biasanya diberikan obat anti-depresi, yaitu imipramin. Akan tetapi perlu dikemukakan karena penyebabnya belum diketahui dengan jelas, maka perawatan atau pengobatannya secara efektif belum juga diketahui sampai sekarang.
d.   Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan (sleep apnea)
Orang yang memiliki gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan mengalami gangguan tidur secara berulang-ulang yang disebabkan oleh masalah pernafasan. Apnea berasal dari bahasa Yunani a-(tidak ada) dan -pnea (pernapasan atau udara), yang berarti tidak adanya pernapasan. Apnea adalah penghentian sementara bernapas selama tidur, seringkali mengakibatkan kantuk di siang hari. Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central upnea, upper airway obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya. Namun yang paling sering terjadi adalah uper airway obstructive apnea.
Gangguan saluran nafas (uper airway obstructive apnea ) pada saat tidur ditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea, peningkatan usaha otot dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan pernafasan ini ditandai dengan nafas yang terengah-engah atau mendengkur pada saat tidur. Dalam apnea tidur obstruktif, otot-otot langit-langit lunak di sekitar pangkal lidah dan uvula menjadi rileks sehingga menghalangi jalan napas. Obstruksi jalan napas menyebabkan tingkat oksigen dalam darah menurun (hipoksia), meningkatkan stres pada jantung, menaikkan tekanan darah, dan mencegah pasien memasuki tidur nyenyak yang tenang dan memulihkan energi.
Faktor penyebab yang memungkinkan terjadinya uper airway obstructive apnea antara lain adalah sebagai berikut.
a.       Obesitas. Kelebihan berat badan menambah tekanan pada tabung pernafasan sehinga membuat diameter saluran udara menjadi lebih kecil.
b.      Kebiasaan merokok
c.       Konsumsi alkhohol
d.      Umur
Penangan untuk apnea ini adalah ditangani oleh ahlinya seperti dokter umum maupun spesialis.
e.    Gangguan irama tidur sirkadian
Pada gangguan irama tidur sikadian, irama tidur menjadi sangat terganggu karena ketidakcocokan antara tuntutan jadwal tidur yang ditetapkan oleh seseorang dengan siklus internal tidur-bangun orang tersebut. Gangguan ini dapat menyebabkan insomnia dan hipersomnia pada individu bersangkutan.
Beberapa macam gangguan tidur akibat gangguan irama sirkadian antara lain
·         Tipe fase tidur terlambat, ditandai dengan waktu tidur dan terjaga lebih lambat dari yang diinginkan
·         Tipe jet lag ialah mengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam setempat, hal ini terjadi karena bepergian melewati lebih dari satu zona waktu.
·         Tipe pergeseran kerja, jadwal tidur yang terganggu akibat adanya pergeseran kerja seseorang.
·         Tipe fase terlalu cepat tidur.
·         Tipe bangun-tidur beraturan.
·         Tipe tidak bangun-tidurdalam 24 jam.

2.    Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku abnormal atau peristiwa fisiologis yang muncul pada saat tidur atau pada ambang batas antara saat terjaga dan tidur.
a.       Gangguan mimpi buruk
Gangguan mimpi buruk adalah gangguan tidur dengan karakteristik sering terjaga karena mangalami mimpe buruk yang menakutkan. Orang dengan gangguan mimpi buruk sering terbangun dengan kenangan mimpi yang mengerikan. Efek dari mimpi buruk yang berulang dan parah umumnya akan mengganggu kehidupan nyata. Sering mengalami mimpi buruk pun sering membuat penderitanya takut tidur.
Untuk kasus-kasus umum, mimpi buruk bisa dienyahkan dengan menghilangkan/menyelesaikan penyebab utama stres, atau dengan memberi kesempatan diri untuk bersantai, juga mencukupi kebutuhan durasi tidur.
Sementara untuk yang mengalami masalah mimpi buruk yang parah, disarankan untuk melakukan konseling dengan terapis atau menemui dokter untuk mendapatkan obat penenang.
b.      Gangguan teror dalam tidur
Gangguan teror dalam tidur adalah gangguan tidur yang memiliki karakteristik episode teror yang berulang dalam tidur dan menyebabkan seseorang terjaga secara tiba-tiba. Teror malam jauh lebih intens daripada kebanyakan mimpi buruk. Gangguan tidur ini paling umum terjadi pada anak-anak dan menyebabkan rasa takut yang berlebihan. Teror malam secara teknis bukanlah mimpi, tetapi reaksi yang kuat dari satu fase tidur ke fase tidur yang lain pada anak-anak dan biasanya terjadi 2 sampai 3 jam setelah tidur dimulai.Cara terbaik untuk mengatasi teror malam adalah dengan tidak membangunkan anak Anda karena hal ini akan membuatnya bingung. Sebaliknya, duduk tenang dan pastikan anak Anda tidak melukai dirinya sendiri. Kemudian kurangi stres di lingkungan anak, membuat rutinitas, dan memastikan anak dapat tidur dengan keadaan yang tenang.
c.       Gangguan berjalan sambil tidur
Gangguan ini juga termasuk parasomnia yang ditandai dengan bangun dan berjalan-jalan sementara individu sedang tidur nyenyak. Sleepwalking bisa berbahaya dan paling sering terjadi pada anak-anak. Seperti parasomnia lainnya, risiko keamanan dapat dikurangi dengan membuat kamar tidur menjadi lebih aman. Menutup pintu atau menempatkan gerbang di tangga untuk menghindari terjatuh ketika berjalan dalam keadaan tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar