Blogger Widgets konseling! YES WE CAN!: Anatomi dan Desain Kurikulum

Rabu, 17 September 2014

Anatomi dan Desain Kurikulum




Bottom of Form

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Antomi dan Desain Kurikulum
Anatomi (berasal dari bahasa Yunani ἀνατομία anatomia, dari ἀνατέμνειν anatemnein, yang berarti memotong) atau kemudian akan lebih tepat dalam pokok bahasan ini kita sebut atau kita artikan dengan menggunakan arti struktur atau susunan atau juga bagian atau komponen.
Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata "desain" bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti "proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru". Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata. Dalam kaitannya hal ini di artikan sebagai proses daripada pelaksanaan atau penerapan model kurikulum dalam dunia pendidikan.
Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

2.2 Komponen-Komponen Kurikulum
2.2.1 Tujuan
Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat serta didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah negara.
Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 dikenal kategori tujuan sebagai berikut:
a) Tujuan Pendidikan Nasional, tujuan jangka panjang, tujuan ideal pendidikan Bangsa Indonesia.
b) Tujuan Institusional, sasaran pendidikan sesuatu lembaga pendidikan.
c) Tujuan Kurikuler, tujuan yang ingin dicapai oleh sesuatu program studi.
d) Tujuan Instruksional, target yang harus dicapai oleh sesuatu mata pelajaran.
Umum, jangka panjang.
2.2.2 Bahan Ajar
Tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan (lingkungan orang-orang, alat-alat dan ide-ide), untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Cara untuk menyusun sekuens bahan ajar:
a) Sekuens Kronologis, untuk menyusun bahan ajar yang mengandung urutan waktu, dapat digunakan sekuens kronologis. Peristiwa-peristiwa sejarah, perkembangan historis suatu institusi, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun berdasarkan sekuens kronologis
b) Sekuens Kausal, siswa dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu dari sesuatu peristiwa atau situasi lain. Dengan mempelajari sesuatu yang menjadi sebab atau pendahulu para siswa akan menemukan akibatnya. Menurut Rowntree (1974:75) ”sekuens kausal cocok untuk untuk menyusun bahan ajar dalam bidang meteorologi dan geomorfologi”.
c) Sekuens Struktural, bagian-bagian bahan ajar suatu bidang studi telah mempunyai struktur tertentu. Penyusunan sekuens bahan ajar bidang studi tersebut perlu disesuaikan dengan strukturnya. Dalam fisika, tidak mungkin mengajarkan alat-alat optik, tanpa terlebih dahulu mengajarkan pemantulan dan pembiasan cahaya, dan pemantulan dan pembiasan cahaya tidak mungkin diajarkan tanpa terlebi dahulu mengajarkan masalah cahaya. Masalah cahaya, pemantulan-pembiasan, dan alat-alat optik tersusun secara struktural.
d) Sekuens Logis dan Psikologis
      Rowntree (1974:77) melihat perbedaan antara sekuens logis dengan psikologis. Menurut sekuens logis, bahan ajar dimulai dari bagian menuju keseluruhan, dari sederhana kepada yang kompleks.tetapi menuut sekuens psikologis, dari keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks kepada yang sederhana. Menurut sekuens logis bahan ajar disusun dari yang nyata kepada yang abstrak, dari benda-benda kepada teori, dari fungsi kepada struktur, dari masalah bagaimana ke masalah mengapa.
e) Sekuens Spiral, dikembangakan oleh Bruner (1960). Bahan ajar dipusatkan pada topik atau pokok bahan tertentu. Dari topik atau pokok tersebut bahan diperluas dan diperdalam. Topik atau pokok bahan ajar tersebut adalah sesuatu yang populer dan sederhana, tetapi kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks.
f) Rangkaian ke Belakang (backward chaining), mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur ke belakang. Contoh proses pemecahan masalah yang bersifat ilmiah, meliputi lima langkah, yaitu: (a) pembatasan masalah (b) penyusunan hipotesis (c) penumpulan data (d) pengetesan hipotesis (e) interpretasi hasil tes. Dalam mengajarnya mulai dengan langkah (e), kemudian guru menyajikan data tentang suatu masalah dari langah (a) sampai (d), dan siswa diminta utuk membuat interpretasi hasilnya (e). Pada kesempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langakah (a) sampai (c) dan siswa diminta untuk mengadakan hipotesis (d) dan seterusnya.
g) Sekuens berdasarkan Heirarki Belajar, Model ini dikembangkan oleh Gagne (1965), dengan prosedur sebagai berikut: tujuan-tujuan khusus utama pembelajaran dianalisis, kemudian dicari suatu heirarki urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
2.2.3 Strategi Mengajar
a) Reception/Exposition Learning - Discovery Learning
      Exposition atau Reception Learning, keseluruhan bahan ajar disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi, baik secara lisan maupun tulisan. siswa tidak dituntut untuk mengolah, atau melakukan aktivitas lain kecuali menguasainya. Dalam Discovery Learning, bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. melalui kegiatan-kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang brmanfaat bagi dirinya.
b) Rote Learning - Meaningful Learning
      Rote Learning, bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa memperhatikan arti atau makna bagi siswa. Siswa menguasai bahan jar dengan menghafakannya. Dalam Meaningfull Learning, penyampaian bahan mengutamakan maknanya bagi siswa. Menurut Ausubel and Robinson (1970:52-53) sesuatu bahan aja akan bermakna bila dihubungan dengan struktur kognitif yang ada pada siswa. struktur kognitif terdiri atas fakta-fakta, data, konsep, proposisi, dalil, hukum dan tori-teori yang telah dikuasai sebelumnya, yang tersusun membentuk suatu struktur dalam pikiran anak. Lebih lanjut Ausubel and Robinson menekankan bahwa reception-discovery learning dan rote-meaningful learning dapat dikombinasikan satu sama lain sehingga membentuk 4 kombinasi strategi belajar-mengajar, yaitu: a) meaningful-reception learning, b) rote-reception learning, c) meaningful-discovery learning, dan d) rote-discovery learning.
c) Group Learning – Individual Learning
Pelaksanaan Discovery Learning aan sangat menuntut aktivitas belajar yang bersifat individual atau dalam bentuk kelompok – kelompok kecil. Hal ini akan banyak menimbulkan masalah diantaranya adalah karena kemampuan setiap anak tidak merata atau tidak sama, maka kegiatan Discovery Learning hanya akan banyak didominasi oleh anak – anak pandai sementara yang lainnya akan berpotensi menjadi pengganggu kelas. Atau pun sebaliknya. Anak – anak yang kurang akan sangat menderita motivasi belajarnya.
2.2.4 Media Mengajar
Pengelompokkan media mengajar menurut Rowntree (1974: 104-113) adalah:
a) Interaksi Insani, komunikasi langsung antara dua orang atau lebih. Dalam komunikasi tersebut kehadiran suatu pihak secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi perilaku yang lainnya. Terutama kehadiran guru mempengaruhi perilaku siswa atau siswa-siswanya. Interaksi insani dapat berlangsung melalui komunikasi verbal atau nonverbal. Komunikasi yang verbal memegang peran penting, terutama dalam perkembangan segi kognitif siswa. Untuk pengembangan segi-segi afektif,bentuk-bentuk komunikasi nonverbal seperti perilaku, penampilan fisik, roman muka, gerak-gerik, sikap, dan lain-lain lebih memegang peranan penting sebagai contoh-contoh nyata. Intensitas interaksi insani dalam berbagai metode mengajar tidak selalu sama. Intensitas interaksi insani dalam metode ceramah lebih rendah dibandingkan dengan metode diskusi, permainan, simulasi, sosiodrama, dan lain-lain.
b)  Realita, meruapakan bentuk pernagsang nyata seperti orang binatang, benda-benda,  peristwa, dan sebagainya yang diamati siswa. insani berkomunikasi dengan orang-orang, sedangkan dalam realita orang-orang tersebut hanya menjadi objek pengamtan, objek studi siswa.
c) Pictorial, menunjukkan penyajian berbagai bentuk variasi gambar dan diagram nyata ataupun simbol, bergerak atau tidak, dibuat diatas kertas, film, kaset, disket dan media lainnya. Media pictorial mempunyai banyak keuntungan karena hampir semua bentuk, ukuran, kecepatan, benda, makhluk, dan peristiwa dapat disajikan dalam menyederhanakan seperti sketsa dan bagan sampai dengan yang cukup sempurna seperti film bergerak yang berwarna dan bersuara, atau bentuk animasi-animasi yang disajikan dalam video atau komputer.
d) Simbol Tertulis, media penyajian informasi yang paling umum, ttetapi tetap efektif. Ada beberapa macam bentuk media simbol tertulis seperti buku teks, buku paket, paket program belajar, modul, dan majalah-majalah. Penulisan simbol-simbol tertuis biasanya dilengkapi dnegan media pictorial seperti gambar-gambar, bagan, grafik, dan lain-lain.
e) Rekaman Suara, bentuk informasi dapat disampaikan kepada anak dalam bentuk rekaman suara. Rekaman suara dapat disajikan secara tersendiri atau digabung dengan media pictorial. Penggunaan rekaman suara tanpa gambar dalam pengajaran bahasa cukup efektif.
2.2.5 Evaluasi Pengajaran
Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.
a) Evaluasi Hasil Belajar-Mengajar
             Dalam evaluasi ini disusun butir-butir soal untuk mengukur pencapaian tiap tujuan khusus yang telah ditentukan. Untuk tiap tujuan khusus minimal disusun satu butir soal. Menurut lingkup luas bahan dan jangka waktu belajar dibedakan antara valuasi formatif dan evaluasi sumatif.
             Evaluasi formatif ditunjukkan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan belajar dalam jangka waktu yang relative pendek. Tujuan utama dan evaluasi formatif sebenarnya lebih besar ditujukan untuk menilai proses pengajaran. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah evaluasi formatif digunakan untuk menilai penguasaan siswa setelah selesai mempelajari suatu pokok bahasan. Hasil evaluasi forrmatif ini terutama digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan membantu kesulitan-kesulitan belajar siswa.  Dengan demikian evaluasi formatif, selain berfngsi menialai proses, juga merupakan evaluasi atau tes diagnostic. Gounlund (1976:489) mengemukakan fungsi tes formatif sebgai berikut: (1) to plan corrective action for overcoming learning deficiencies, (2) to aid in motivating learning, dan (3) to increase retention and transfer or learning.
           Evaluasi sumatif ditujukan untuk menilai penguasaan penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan yang lebih luas, sebagai hasil usaha belajar dalam jangka waktu yang cukup lama, satu semester, satu tahun atau selama jenjang pendidikan. Evaluasi sumatif mempunyai funsi yang lebih luas daripada evaluasi formatif. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan mengeah, evaluasi sumatif dimaksudkan untuk meniai kemajuan siswa (kenaikan kelas, kelulusan ujian) serta meniali efektivitas program secara menyeluruh. Ini sesuai denagn pendapat Groundlund (1976:499) bahwa evaluasi sumatif beguna bagi (1) assigning grades, (2) reporting learning progress to parent, pupils, and school personnel, and (3) improving learning and instruction.
b) Evaluasi Pelaksanaan Mengajar
                   Tufflebeam dan kawan-kawan (1977:243) mengutip model evaluasi dari EPIC, bahwa dalam program menajar komponen-komponen yang dievaluasi meliputi: komonen tingkah laku yang mencakup aspek-aspek (subkomponen): kognitif, afektif, dan psikomotor; komponen mengajar mencakup subkomponen : isi, metode, organisasi, fasilitas, dan biaya; dan kompoen populasi, yang mencaup: siswa, guu, administrator, spesialis pendidikan, keluarga dan masyarakat. Untuk mengevaluasi komponen-komponen dan proses pelaksanaan mengajar buka hanya digunakan tes tetapi juga digunakan bentuk-bentuk nontes, seperti observasi, studi dokumenter, analisis hasil pekerjaan, angket dan cheklist. Evaluasi dapat dilakuakan oleh guru atau pihak-pihak lain yang berwenang atau diberi tugas, seperti Kepala Sekolah dan Pengawas, tim evaluasi Kanwil atau Pusat. Sesuai dengan prinsip system, evaluasi dan umpan balik diadakan secara terus menerus, walaupun tiadak semua komponen mendapat evaluasi yang sama kedalaman dan keluasannya. Karena sifatnya menyeluruh dan terus menerus tersebut maka evaluasi pelaksanaan system mengajar dapat dipandang sebaai suatu monitoring.
2.2.6 Penyempurnaan Pengajaran
Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, meupun evaluasi pelaksanaan mengajar secara keseluruhan, merupakan umpan balik bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut. Sesuai dengan komponen-komponen yang dievaluasi, pada dasarnya semua komponen mengajar mempunyai kemungkinan untuk disempurnakan, bergantung pada kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi.
2.3 Desain Kurikulum
2.3.1 Subject Centered Design
a)  Kurikulum yang dipusatkan pada isi atau meteri yang akan diajarkan
b) Kurikulum tersusun atas jumlah mata pelajaran dan mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah
c) Berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menekanakn pengetahuan dan warisan pendidikan masa lalu, dan berupaya untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya
Kelebihan
Kekurangan
·         Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan
·         Para pengajarnya tidak dipersiapkan secara khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan serinmg dipandang sudah dapat menyampaikannya
·         Karena pengetahuan diberikan secara terpisah, hal itu bertentangan dengan kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan itu merupakan satu kesatuan
·         Karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif
·         Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu, dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis
a. The Subject Design
1) Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk mata-mata pelajaran
2) Isi pelajaran diambil dari pengetahuan dan nilai-nilai yang telah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya
3) Siswa dituntut menguasai semua pengetahuan yang diberikan





Kelebihan
Kekurangan
·         Karena mata pelajaran diambil dari ilmu yang sudah tersusun sistematis logis, maka penyusunannya cukup mudah
·         Bentuk ini sudah lama dikenal, sehingga mudah untuk dilaksanakan
·         Bentuk ini memudahkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, karena pada perguruan tinggi umumnya digunakan bentuk ini
·         Bentuk ini dapat dilaksanakn secara efisien
·         Bentuk ini sangat ampuh untuk melesatarikan budaya masa lalu
·         Kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah, satu terlepas dari yang lainnya
·         Out of date
·         Isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering menimbulkan kesukaran di dalam mempelajari dan menggunakannya
·         Kurang memperhatikan cara penyampaian
b. The Disciplines Design
1) Menekankan pada isi atau materi kurikulum
2) Kriteria (tentang apa yang disebut subject/ilmu) telah tegas
3) Isi kurikulum yang diberikan di sekolah adalah disiplin-disiplin ilmu
4) Peserta didik didorong untuk memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting, juga didorong utuk memahami cara mencari dan menemukan
5) Proses belajar menggunakan pendekatan inkuiri dan discovery
Kelebihan
Kekurangan
·         Kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik dan efektif tetapi juga dapat memelihara integritas intelektual pengetahuan manusia
·         Peserta didik tidak hanya menguasai serentakan fakta, prinsip hasil hafalan tetapi menguasai konsep, hubungan dan proses-proses intelektual yang berkembang pada siswa
·         Belum dapat memberikan pengetahuan yang terintegrasi
·         Belum dapat mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat atau kehidupan
·         Belum mampu bertolak dari minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta didik
·         Susunan kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar maupun untuk penggunannya
·         Meskipun sudah lebih luas dibandingkan dengan subject design tetpi secara akademis dan intelektual masih cukup sempit
c. The Broad Fields Design
Dalam model ini mereka menyatukan beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi. Tujuan pengembangan kurikuum ini adalah menyiapkan para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesiaistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh.
Kelebihan
Kekurangan
·         Karena dasarnya bahan yang terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa mata kuliah masih memungkinkan penyusunan warisan-warisan secara sistematis dan teratur
·         Karena mengintegrasikan beberapa mata kuliah memungkinkan peserta didik melihat hubungan antara berbagai hal
·         Kemapuan guru, untuk tingkat sekolah dasar guru mempu manguasai bidang yang luas, tetapi untuk tingkat yag lebih tinggi, apalagi di pergurua tinggi sukar sekali
·         Karena bidang yang dipelajari itu luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetail, yang diajarkannya hanya permukaannya saja
·         Pengintegrasian bahan ajar terbatas sekali, tidak menggambarkan kenyataan, tidak memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa, dengan demikian kurang membangkitkan minat belajar
·         Meskipun kadarnya lebih redah dibandingkan dengan subject design tetapi model ini tetap menekankan tujuan penguasaan bahan dan informasi. Kurang menekankan proses pencapaian tujuan yang sifatnya afektif dan kognitif tingkat tinggi
2.3.2 Learned Centered Design
Learned Centered Design bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarka atas minat, kebutuhan, dan tujuan peserta didik.
Ciri utama yang membedakan desain model ini dengan subject centered:
a)  Learner centered design mengembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta didik dan buka dari isi.
                    b) Learner centered design bersifat non-preplanned (kurikulum tidak diorganisasikan sebelumnya) tetpi dikembangkan bersama antara guru dengan siswa dalam penyelesaian tugas-tugas pendidikan.
Ada beberapa variasi model ini, diantaranya yaitu The Activity atau Experience Design. Ciri-ciri The Activity atau Experience Design:
                      a) Struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik
       b) Kurikulum dapat disusun sebelumnya
       c) Desain kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah

Kelebihan
Kekurangan
·         Motivasi belajar bersifat intrinsik dan tidak perlu dirangsang dari luar
·         Pengajaran memperhatikan perbedaan individual
·         Kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapu kehidipan diluar sekolah
·         Penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didikbelum tentu cocok dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan
·         Kalau kurikulum hanya menekankan minat dan kebutuhan peserta didik, dasar apa yang digunakan untuk menyusun struktur kurikulum.
·         Sangat lemah dalam kontinuitas dan sekuens bahan.
·         Kurikulum ini dikatakan tidak dapat dilakukan oleh guru biasa
2.3.3 Problem Centered Design
Problem Centered Design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia. Model ini menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Konsep pendidikan dan pengembang model ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makluk social selalu hidup bersama.
a. The areas of living desain
Model ini menekankan prosedur belajar melalui pemcahan masalah ciri lain model ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan. Desain ini menarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam bermasyarakat.

Kelebihan
Kekurangan
·         Model ini merupakan the subject matter desain tetapi dalam bentuk yang terintegrasi
·         Model ini mendorong penggunaan prosedur belajar pemecahan masalah
·         Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang relevan dan fungsional
·         Motivasi belajar datang dari dalam peserta didik
·         Penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sangat esensial sangat sukar
·         Lemahnya atau kekurangannya integritas dan kontinuitas organisasi kurikulum
·         Mengabaikan warisan budaya
·         Kecenderungan untuk mengindoktrinisasi peserta didik dengan kondisi yang ada
·         Guru maupun buku dan media lain tidak banyak yang disiapkan dengan model tersebut
2. The core desain
Terdapat banyak vasiasi pandangan tentang the core desain. Mayoritas memadang the core kurikulum sebagai suatu model pendidikan atau program pendidikan yang memberikan pendidikan umum. The core kurikulum diberikan guru-guru yang memiliki penguasaan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Variasi the core kurikulum:
1. The sparate subjects core
2. The correlated core
3. The fused core
4. The activity core
5. The areas of living core
6. The social problems core


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Anatomi (berasal dari bahasa Yunani ἀνατομία anatomia, dari ἀνατέμνειν anatemnein, yang berarti memotong) atau kemudian akan lebih tepat dalam pokok bahasan ini kita sebut atau kita artikan dengan menggunakan arti struktur atau susunan atau juga bagian atau komponen. Dalam kaitannya hal ini desain, di artikan sebagai proses daripada pelaksanaan atau penerapan model kurkulum dalam dunia pendidikan. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
2. Komponen kurikulum terdiri atas: (1) tujuan, (2) bahan ajar, (3) strategi mengajar, (4) media mengajar, (5) evaluasi pengajaran.
3. Macam desain kuikulum, diantaranya sebagai berikut: (1) Subject centered design, (2) Leaned-centered design, (3) Problem centered design









Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu., Drs., H., Ilmu Pendidikan, 2001, PT. RIENEKA CIPTA, Jakarta.
Akhmad Sudrajat, Komponen-Komponen Kurikulum, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ bahan-ajar/komponen-komponen-kurikulum/, diakses tanggal 17 Januari 2008.
Suherman, Aris.,Drs., M.Pd., dkk., Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, 2008, Pangger Press, Cirebon.
Sukmadinata, Nana Syaodih., Prof., DR., Pengembangan Kurikulum ; Teori Dan Praktek, 2009, PT. REMAJA ROSDAKARYA, Bandung.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung, Citra Umbara, 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar