BAB II
PEMBAHASAN
1.
Orientasi
Bimbingan dan Konseling
Orientasi yang dimaksud
disini ialah pusat perhatian atau titik berat pandangan atau apa yang menjadi
pusat perhatian konselor terhadap kliennya.
Macam-macam orientasi
Bimbingan dan Konseling:
1.1
Orientasi
Perseorangan
Bimbingan dan Konseling menghendaki agar konselor
menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual. Satu persatu siswa
secara individual. Satu persatu siswa perlu mendapat perhatian secara
masing-masing.
1.2
Orientasi
Perkembangan
Orientasi perkembangan dalam Bimbingan dan Konseling
lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang
hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan Konseling memusatkan
perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.
Menurut Myrick perkembangan individu secara
tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi inti dari pelayanan Bimbingan dan
Konseling.
Peranan Bimbingan dan Konseling adalah memberikan
kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya.
Secara Khusus, Thompson dan Rudolph melihat
perkembangan individu dari sudut pandang kognisi, dalam perkembangannya
anak-anak memiliki kemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi.
Macam-macam hambatan perkembangan kognisi:
1.Hambatan Egosentrisme
2.Hambatan Konsentrasi
3.Hambatan Reversibilitas
4.Hambatan Tranformasi
1.3
Orientasi
Permasalahan
Orientasi
permasalahan secara langsung bersangut paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi
pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari
masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, fungi pengentasan menginginkan
agar individu yang sudah terlanjur
mengalami masalah dapat terselesaikan masalahnya.
2.
Ruang
Lingkup Bimbingan dan Konseling
Pelayanan Bimbingan dan
Konseling memiliki peranan penting baik bagi individu yang berada dalam
lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat pada umumnya.
Uraian dibawah ini
membicarakan peranan bimbingan dan Konseling pada masing-masing ruang lingkup
kerja tersebut:
2.1
Pelayanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal yang scara khusus
dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam
kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan
bimbigan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus.
2.1.1
Keterkaitan
antara Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling dan Bidang-Bidang Lainnya
Dalam proses pendidikan, khususnya sekolah,
Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau
pelayanan yang saling terkait. Bidang-bidang tersebut hendaknya secara lengkap
ada dan apabila diinginkan aar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan
sebaik-baiknya untuk memenuhi secara optimal kebutuhan peserta didik dalm proes
perkembanganya.
Terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan, yaitu
bidang kurikulum dan pengajaran, bidang administrasi dan kepemimpinan dan
kesiswaan:
a. Bidang
kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan
pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan penetahuan,
keterampilan, sikap dan kemampuan berkomunikasi
peserta didik.
b. Bidang
administrasi atau kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi
berkenaan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk
kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan,
pengadaan, pengaduan, dan perkembangan staf, prasarana dansarana fiik, dan
pengawasan.
c. Bidang
Kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu
kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik
itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya, serta
tahap-tahap perkembangannya. Bidang ini dkenal sebagai bidang pelayanan
bimbingan dan konseling.
Kendatipun ketiga bidang tersebut tampknya terpisah
antara satu dengan yang lainnya, namun semuanya memiliki arah yang sama, yaitu
memberikan kemudahan bai pencapaian perkembangan yang optimal peserta didik.
Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti
terhadap pengajaran. Misalnya, proes belajar-mengajar akan dapat berjalan
dengan efektif apabil siswa terbebas dari masalah-masalah yang menggangu proses
belajarnya.. Pembebasan masalah-masalah siswa tersebut dilakukan melalui
pelayanan bimbingan dan konseling. Demikian juga terhadap adminitrasi dan
supervise, bimbingan dan koseling dpat memberikan sumbangan yang berarti;
misalnya dalam kaitannya dengan penyusunan kurikulum, pengembangan
program-program belajar, pengambilan kebijakan yang tepat dalam rangka
pencipataan iklim sekolah yang benar-benar menunjang bagi pemenuhan kebutuhan
dan perkembangan siswa.
Sebaliknya, bidang pengajaran dan administrasi dapat
memberkan sumbangan yang besar bagi suksesnya bidang bimbingan dan konseling.
Bidang kurikulum dan pengajaran merupakan lahan yang sangat efektif bagi telaksananya di dalam praktek materi-materi
layanan bimbingan dan konseling. Pelaksanan pengajaran yang sehat dan mantap,
baik dalam isi maupun suasananya, akan memberikan sumbangan besar bagi
pencegahan timbulnya masalah siswa, dan juga merupakan wahana bagi pengetahuan
masalah-masalah siswa. Bidang pengelolaan dan administrasi dapat memberikan
sumbangan besar bagi pelayanan bimbingan dan konseling melalui berbagai
kebijaksanaan dan pengaturan yang menghasilkan kondisi yang memungkinkan
berjalannya layanan itu secara optimal, sehingga segenap fungsi-fungsi dan jenis layanan serata
kegiatan bimbingan dan konseling dapat terlaksana dengan lancer dan mencapai
sasaran.
2.1.2
Tanggung
Jawab Konselor Sekolah
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya
itu konselor menjadi “pelayan” bagi pencapaian tujuan pendidikan secara
menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan
perkembangan masing-masing peserta didik. Dalam kaitannya dengan tujuan yang
luas itu, konselor tidak hanya behubungan dengan peserta didik atau siwa saja
(sebagai sasaran utama layanan), melainkan juga dengan berbagai pihak yang
dapat secara bersama-bersama menunjang pencapaian tujuan tersebut, yaitu
sejawat (sesame konselor, guru, dan personal sekolah lainnya), orangtua,dan
masayarakat pada umumnya.
Berikut merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi
oleh konselor:
1. Tanggung
jawab konselor terhadap siswa
2. Tanggung
jawab kepada orang tua
3. Tanggung
jawab terhadap sejawat
4. Tanggung
jawab kepada sekolah dan masyarakat
5. Tanggung
jawab terhadap diri sendiri
6. Tanggung
jawab terhadap profesi
2.2
Pelayanan
Bimbingan dan Konseling di Luar Sekolah
2.2.1
Bimbingan
dan Konseling Keluaraga
Resiko terhadap permasalahan dapat menimpa anggota
keluarga. Palmo, Lowry, Weldon, dan Scioscia (1984) mengidentifikasi perubahan-perubahan
yang terjadi secara signfikan
mempenaruhi struktur dan kondisi keluarga, yaitu meningkatnya tinkat
perceraian, kedua orangtua bekerja, pengangkatan anak, emansipasi pria-wanita,
dan kebebasan hubungan seksual.
Selain itu meningkatnya kesadaran tentang anak cacat, keadaan depresi
dan bunuh diri, kesulitan mencari
pekerjaan dan ketidakmampuan ekonomi pada umumnya menambah unsure-unsur yang
mempengaruhi kehidupan keluarga. Unsur-unsur yang tidak menguntungkan tersebut
secara tidak langsung ataupun langsung membawa pengaruh kepada anggota
keluarga, baik mereka yang sudah dewasa maupun yang masih muda, mereka yang
masih bersekolah maupun mereka yang sudah tidak bersekolah lagi. Permasalahan
yang ditimbulkan oleh pengaruh yang tidak menguntungkan itu mengundang
berperannya bimbingan dan konseling ke dalam keluarga.
2.2.2
Bimbingan
dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas
Permasalahan yang dialami oleh warga masyarakat
tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah dan keluarga saja, melainkan juga di
luar keduanya. Warga masayarakat di
lingkungan perusahaan, industri, kantor-kantor (baik pemerintah maupun swasta)
danlembaga kerja lainnya ,organisasi pemuda dan organisasi kemasyarakatan
lainnya, bahkan di lembaga pemasayarakatan, rumah jompo,rumah yatim piatu atau
panti asuhan, rumah sait, dan lain sebagainya, seluruhnya tidak terhindar dari
kemungkinan menghadapi masalah. Oleh
karena itu diperlukan jasa bimbingan san konseling.
Pelayanan bimbingan dan konseling yang menjangkau
daerah kerja yang lebih luas itu perlu diselengarakan oleh konselor yang
bersifat multidimensional (Chiles & Eiken, 1983), yaitu yang mampu bekerja
sama selain dengan guru, administrator, dan orangtua, juga dengang berbagai
komponen dan lembaga masyarakatsecara lebih luas. Konselor seperti itu bekerja
dengan masalah-masalah personal, emosional, social, pendidikan, dan pekerjaan,
yang kesemuanya itu untuk mencegah timbulnya masalah, pengentasan masalah, dan
menunjang perkembangan individu anggota
masyarakat.KOnsep professional yang
multidimensional itu akan lbih banyak berperan sebagai pelatih dan supervisor,
disamping penyelenggaraan layanan dan kegiatan “tradisional” bimbingan dan
konseling, bagi kaum muda dan angota masyarakat lainnya (Goldman, 1976).
Konselor profeional yang multidimensional
benar-benar menjadi ahli yang memberikan jasa berupa bantuan kepada orang-orang
yang memfungsikan dirinya pada tahap perkembangan tertentu, membantu mereka
mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari kondisidan apa yang sudah mereka
miliki, membantu mereka menangani hal-hal tertentu agar lebih efektif,
merencanakan tindak lanjut atas langkah-langkah yang telah diambil, serta membantu lembaga ataupun organisasi
melakukan perubahan agar lebih efektif. Dalam melaksanakan perananya yang lebih luas itu konselor berada
di mana-mana, di lembaga formal dan non-formal, di desa-desa, dan di kota-kota,
konselor bekerja sama dengan keluarga dan tokoh-tokoh masyarakat, kepala desa
dan camat, dengan para pemimpin formal dan non-formal. Konselor di masa depan
bekerja di semua bidang kehidupan, mengabdikan peranan dan jasanya untuk
meningkatkan kualitas kehidupan dan sumber daya manusia, membantu individu
warga masyarakat dari bergai umur,
mencegah timbulnya masalah dan mengentaskan berbagai masalah yang dihadapi
warga masyarakat, dan menjadikan tahap perkembangan yang mereka jalani menjadi
optimal (Prayitno, 1990).
Konselor yang bekerja di luar sekolah dapat
mengikatkan diri pada lembaga tertentu (misalnya perusahaan, kantor, dan
lain-lain), dapat bekerja sama dengan sejawat dalam satu “tim pelayanan
bimbingan dan konseling”, dapat bekerja mandiri, dan dapat pula menciptakan
bentuk-bentuk baru konselor bekerja dan apa pun tugas-tugas khusus yang
diselenggarakan konselor namun fungsi, prinsip, asas, jenis layananan kegiatan
kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya tetap sama. Modifikasi dan penyesuaian
diperlukan berdasarkna kekhususan yang ada pada sasaran layanan, lembaga tempat
bekerja, tujuan dan kondisi yang menyertai diperlukannya pelayanan bimbingan
dan konseling itu.
3.
Visi
Bimbingan dan Konseling
Visi Bimbingan dan Konseling adalah
terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya
pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah
agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.
4.
Misi
Bimbingan dan Konseling
Sesuai dengan visi yang telah dirumuskan, misi
bimbingan dan konseling difokuskan kepada:
4.1
Misi
Pendidikan
Mendidik individu dan/atau kelompok melalui
pengembangan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan tekait
dengan masa depan.
Dalam memenuhi visinya di bidang pendidikan, sekolah
maupun masyarakat perlu menyelenggarakan arti pendidikan seluas-luasnya.
Apabila pengajaran hanya dilakukan dalam arti sempit saja, dikhawatirkan tidak
seimbang, hanya akan menjurus kepada pendidikan kognitif saja, sedangkan sisi
afektif dan psikomotor tidak terkupas.
4.2
Misi Pengembangan
Memfasilitasi
perkembangan individu kea rah perkembangan optimal, yaitu melalui perkembangan
potensi, pengembangan diri, berbudi pekerti luhur dan beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
4.3
Misi
Pengentasan Masalah
Membantu dan memfasilitasi pengentasan masalah
individu mengacu kepada kehidupan sehari-hari yang efektif. Dalam hal ini
kemandirian seseorang untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari secara
efektif.
5.
Paradigma
Bimbingan dan Konseling
Paradigma bimbingan dan
konseling adalah psiko-pedagogis dalam bingkai budaya. Yaitu, para
pelaksana BK perlu mengusai materi psikologi (psikologi umum, perkembangan,
belajar, kepribadian, dan social) serta materi pedagogis (filsafat antropologi,
dasar-dasar pendidikan, kurikulum, proses belajar dan pembelajaran, dan
penilaian pendidikan). Dikemas dalam ilmu-teknologi BK dengan warna budaya (termasuk
nilai dan norma) lingkungan peserta didik. Arah bimbingan dan konseling
mengembangkan potensi siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya
secara optimal.
Pada saat ini telah terjadi
perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan
yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor,
kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan
bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling),
atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and
Counseling). Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada
upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan
masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar
kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga
bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based guidance and
counseling). Standar dimaksud adalah standar kompetensi kemandirian.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini
menekankan kolaborasi antara konselor dengan para personal Sekolah/ Madrasah
lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang
tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta
dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses
pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para
konseli agar dapat mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh,
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Atas dasar itu, maka implementasi
bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya
memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi as-pek pribadi,
sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli
sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis,
sosial, dan spiritual).
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Orientasi Bimbingan dan Konseling,
orientasi perseorangan, orientasi perkembangan, orientasi permasalahan.
·
Ruang Ligkup Bimbingan dan Konseling
tidak hanya di sekolah, tetapi di berbagai bidang lainnya juga.
·
Visi Bimbingan dan Konseling yaitu Visi Bimbingan dan Konseling adalah
terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya
pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah
agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.
·
Misi Bimbingan dan Konseling, misi
pendidikan, misi pengembangan, misi pengentasan masalah.
·
Paradigma
Bimbingan dan Konseling adalah psiko-pedagogis bingkai budaya.
Daftar
Pustaka
Uliya.
Paradigma dan Ekspektasi Bimbingan dan Konseling. Online www.uliyaans.blogspot.com/2013/05/paradigma-dan-ekspektasi-bimbing-26.html
[accesed 09/23/13]
Irwan,
Muhammad. Visi, Misi, dan Paradigma Bimbingan dan Konseling. Online www.belajaritusinau.blogspot.com/2012/04/visi-misi-dan-paradigma-bimbingan-dan.html
[accessed 09/23/13]
Prayitno
dan Eman Amti, 1995, Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar